Sedang Sibuk

Iya nih, sedang sibuk, padahal aku masih punya ‘utang’ untuk menulis (copy-paste tepatnya) mengenai terapi-terapi untuk anak dengan MSDD. Kukira bahasan itu akan bermanfaat buat para orangtua.

Selain itu ada tugas dari Mbak Desri, untuk meneruskan award persahabatannya. Makasih, Mbak Des, semoga kerjaan di kantor segera mereda, jadi bisa nulis dan jalan-jalan ke rumah narablog yang lain…

Status : busy

Multisystem Development Disorder (MSDD), dan ‘Feeling’ku Sebagai Ibu

Duuh, bahasaku tinggi banget ya, jarang-jarang nih, hehhee, lha itu juga hasil nyontek dari tabloid Nakita No. 555/TH.XI/16-22 Nopember 2009. Berikut ini sebagian ulasannya….

Istilah MSDD pertama kali digunakan oleh Stanley Greenspan, MD., seorang peneliti Autisme dan pengajar di Bagian Psikiatri, Universitas George Washington, Amerika Serikat. Hasil observasi terhadap 200 anak yang mendapat diagnosis autisme menunjukkan bahwa sebagian dari mereka berkembang dengan keunikan masing-masing. Ada anak yang sebelumnya diam seribu bahasa kemudian berkembang sangat komunikatif, bahkan mampu menggunakan kalimat kompleks dan adaptif. Anak yang sebelumnya acuh tak acuh dan tampak asosial kemudian menjadi anak kreatif, hangat, penuh rasa cinta, dan gembira.

Baca lebih lanjut

First Book

Buku pertama Raynar adalah buku kecil berjudul Shalatku (My Prayer). Mama dan Ayah membeli buku ini di toko buku Gramedia Matraman.

Ray suka sekali dengan buku ini. Setiap melihat buku ini dia selalu minta dibacakan. Meskipun berulang-ulang, tidak bosan-bosan dia melihat dan mendengarkan.

Waktu itu Ray masih bayi, dan kami belum tahu kalau untuk bayi ada buku yang terbuat dari kain, soft book. Duuh, ibu baru, belum tahu banyak. Baca lebih lanjut

Pindah Rumah (2)

Bulan depan, aku dan keluarga akan menjadi warga Kota Bekasi. Alhamdulillaah Allah SWT memberi kami ijin untuk memiliki sebuah rumah akhir tahun ini. Setelah 5 tahun hidup di rumah sewaan, kami akhirnya akan tinggal di rumah sendiri.

Semoga rumah kami menjadi rumah yang membawa lebih banyak kebaikan, kebahagiaan, ketentraman bagi penghuninya dan lingkungan sekitarnya. Juga menjadikan penghuninya lebih bersemangat dalam melakukan ibadah dan  aktifitas positif lainnya. Amiin…

Rumah itu sudah 80%, semoga bulan depan bisa 100%.  Kalaupun belum, kami harus tetap pindah karena masa sewa rumah kami yang sekarang akan berakhir bulan depan hehehe…

~Nugget Tarame (Gagal Ikut Lomba)

Hari Jum’at pagi, membaca postingan Mbak Imelda di TE, tentang tantangan memasak oleh Pakdhe Cholik di sini, aku jadi pengen ikut (pede abiss lah pokoknya hahahha). Tidak perduli bisa dapat hadiah atau tidak, yang penting unjuk gigi 😀

Jum’at malam uji coba online di rumah. Beuh, susahnya bukan main! Buka admin blog untuk nyicil postingan juga ga bisa! Loading lama benerr… “Try reloading the page” terus deh… Hh, sudah mulai lemas tak bertenaga buat ikutan lomba… hiks.

Sabtu pagi ke pasar Enjo dekat rumah, seperti biasa belanja mingguan. Karena Ayah sedang memanjakan diri dengan ikut rafting di Citatih dengan kawan-kawan SMAnya, aku pergi berdua saja sama Si Kakak, Ray. Dia selalu ikut bila kami belanja ke pasar.

Jam 10 lewat, mulai memasak untuk makan siang. Meskipun udah tidak terlalu semangat buat ikut lomba masak itu, tetep aku akan memasak Nugget Tarame ini, dan akan mengambil gambarnya juga, itung-itung buat nambah postingan hehehe. Bentuk dan cara membuatnya seperti Perkedel, tapi kukasih nama Nugget aja, biar terlihat lebih ‘masa kini’ hahaha.

Bahan utamanya tahu dan ikan gurame (makanya dikasih nama Tarame, ngawur bin ngasal 😀 ), plus irisan wortel dan jagung manis, biar ada sayurannya. Baca lebih lanjut

Bangganya Mama (Ray usia 3 tahun)

Tahun ajaran baru tahun 2009, Ray masih berusia 3 tahun. Tahun ajaran baru berarti ada banyak murid-murid baru di sekolah, dan Ray harus beradaptasi lagi. Selama kira-kira 2 minggu, Ray mulai tidak tertib seperti awal-awal dia bersekolah. Sering ke luar kelas sementara pelajaran berlangsung (duuh, kok jadi mundur begini…)

Alhamdulillaah itu hanya sementara. Setelah kelas Kelompok Bermain dibagi menjadi dua kelas dan Ray masuk kelas B, tidak terlalu banyak anak-anak baru, Ray sudah kembali tertib.

Suatu waktu ada acara perayaan Hari Kartini di sekolah. Semua murid harus memakai pakaian adat nusantara. Mama mulai mencari tempat sewa pakaian seperti itu, dan dapat baju adat Aceh.

Mama sempat berpikir, ‘mau, nggak, ya dia memakai baju itu…?’

Dan benar saja, awal-awal dia tidak mau mencoba baju itu. Bajunya panas, terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat. Warnanya hitam pula. Hm, gimana ya…

Malam sebelum hari H, Mama dan Ayah bergantian meyakinkannya bahwa baju itu bagus, besok akan ada perayaan di sekolah.

‘Mau ya, besok ke sekolah pake baju bagus itu… Teman-teman Kakak semua pakai baju bagus juga lho…’

Dibujuk-bujuk…

Ray mengangguk…

Hari H, Mama ijin datang terlambat ke kantor, demi melihat anak Mama tampil di sekolah, dengan pakaian adat! (rela potong gaji deh heheheh 🙂 )

kartono-an Acara di sekolah dimulai dengan pawai keliling komplek sekolah. Hihihi, meski peluh deleweran di keningnya, rambutnya pun basah oleh keringat (Mama tahu Ray kegerahan), tapi dia tetap bertahan, tidak mengeluh, tidak minta lepas tutup kepala. Kakak hebat deh!

Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan semacam peragaan busana. Anak-anak berjalan dan bergaya di atas catwalk. Ray mengantri karena dia dapat nomer 17. Satu demi satu temannya bergaya, lucu sekali ya anak-anak itu… 🙂 Melambaikan tangan, noleh kanan-kiri, terakhir di ujung catwalk, di depan Para Guru yang bertugas sebagai dewan juri, menutupkan kedua tangan di dada dengan sedikit membungkuk (ini standar yang diajarkan Bu Gurunya).

Hm, Raynar bisa ga ya bergaya seperti itu…

Mama memberi contoh, meyakinkannya bahwa dia bisa melakukannya (tapi tetep kuatir dia pemalu). Dan giliran Ray maju ke depan… Hasilnya, dia tidak malu-malu bergaya, tersenyum terus dia! Mama menyemangatinya… (dalam hati mama bersorak kegirangan!)

Ah, Nak… sampe hampir menangis Mama melihatmu tampil. Kakak melakukannya dengan berani dan percaya diri. Kakak hebat!

Maafkan Mama yang sedikit sangsi akan kemampuanmu (tentu Mama tidak akan bilang padamu waktu itu)… Mama salah, karena Kakak Ray sudah membuat Mama bangga luar biasa! Ya, bangga luar biasa!

 

 

Bukan Gue Banget…!

Sebetulnya aku belum pernah mengucapkan kata Bukan Gue Banget itu, karena aku bukan orang Betawi atau Jakarta, hanya kebetulan sekarang sedang bekerja di Jakarta, tapi tetep aja aku tidak merasa perlu untuk ikut-ikut “elo-gue”. Sebetulnya bingung mau kasih judul apa, kupikir ya judul itu yang bisa mewakili perasaanku saat ini.

— (cerita ini dibuat tidak seperti asli keadaannya, tapi yaa cukup menggambarkan situasinya seperti apa)—

‘Mbak Ly, tolong dong saya dibuatkan Surat Keterangan (Miskin), supaya saya bisa mendapat subsidi buat beli Rusunami…’

Seorang karyawati di tempatku bekerja, bicara di telepon. Dia juga seorang isteri pejabat lho… (kok minta dibikin miskin?)

‘Tolong ya, penghasilan saya dibikin tidak lebih dari 4,5 juta’

Biar dapet subsidi…

Hmm… Bukan gue banget da ah!

Ada apa dengan Ayah?

Dulu, Ayah enggan membawa bekal, meskipun sudah kutawarkan. Padahal Ayah tahu aku bawa bekal untuk sarapan di kantor, tetep Ayah tidak berminat membawa juga. Kalaupun mau, paling-paling roti tawar oles madu, atau buah pisang. Kadang mau juga bawa bekal nasi komplet, tapi dimakan di dalam mobil, di parkiran.

Tapi, sejak hari Senin kemarin kulihat Ayah minta disiapkan bekal untuk sarapan di kantor. Nasi komplet dengan sayur dan lauk, dan makannya di kantor, bukan lagi di mobil.

Satu lagi, sejak kemarin juga, pagi-pagi minta dibuatkan teh hangat, bukan kopi seperti biasanya. Hmm… ada apa denganmu, Yah? Apa yang kau pikirkan akhir-akhir ini?

Kupikir ini suatu perubahan yang positif. Mencoba untuk hidup lebih sehat. Aku mendukungmu, Yah…!