Menimbang, Mengingat, Memutuskan…

Wiii… judulnya mengingatkanku pada redaksi Surat-surat Keputusan yang sering kubaca sewaktu masih ngantor dulu, hihi. Hari ini saya mau membahas lagi tentang sebab-sebab dan perjalanan resign saya karena sampai saat ini pun masih ada beberapa teman yang bertanya.

Ya memang masalah bekerja atau tidak itu membingungkan, dan bukan masalah ringan bagi sebagian orang. Termasuk saya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Sisi A dan B, sisi Plus dan Minusnya. Dan kalo hanya dihitung secara matematika, ngga akan “ketemu”. Bersyukur saya punya Allah, Maha Tahu segala hal, yang mengarahkan saya, menunjuki saya kepada jalan yang menyenangkan ini.

Saya menghabiskan waktu kurang-lebih setengah tahun untuk yakin. Selama itu saya banyak membaca, mendengar, dan melihat. 

Membaca buku parenting, mendengar sharing teman (salah satunya adalah Mba Devi, hihi, beliau ini banyaaak ilmu parenting-nya). Dari situ saya berpikir, kapan ya saya mempraktikkan teori-teori itu, sementara keberadaan saya jauh dari anak-anak. Yaa, komunikasi melalui telepon ya bisa, tapi saya ngga bisa memeluk/membelai anak-anak to… .

Mendengar ceramah dan kajian ba’da dzuhur di masjid kantor. Terutama yang bertema tazkiyatun nafs. Itu mengenaaa banget. Cukup menjadi bekal keyakinan saya, juga sebagai sarana meluruskan niat (lillaahi ta’ala, demi melaksanakan kewajiban sebagai ibu). Karena, menurut saya, kalo niatnya sudah karena “langit”, maka dunia tak akan mudah menggoyahkannya. InsyaAllah.

Melihat, dengan mata kepala atau melihat melalui kaca mata anak-anak, sering kali terlontar dari mulutnya, Mama di rumah aja. Mengakui dengan jujur, bahwa waktuku lebih banyak di luaran.

Apa yang dicari?

Sementara di kantor pun, saya tak hendak mengejar karir. Belum juga melanjutkan sekolah, karena masih berat menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah, atau harus memecah lagi perhatianku pada tiga hal; pekerjaan, sekolah, dan rumah. Aaaah mungkin itu alasan yang dibuat-buat, menurut orang lain. Tapi ya memang begini keadaannya. Tanpa sekolah pun perhatianku sudah terpecah dan kurang seimbang antara rumah dan kantor.

Kalo ada alasan idealis dan mulia… bekerja demi bangsa dan negara, karena saya PNS. Namun kemudian saya berpikir, posisi saya di kantor bisa dengan mudah digantikan oleh orang lain. Tapi bagi anak-anak saya? tentu tidak.

Kalo ada alasan demi mensejahterakan keluarga… ya, ini juga alasan mulia. Menafkahi keluarga (dan ini bisa menjadi mubah bahkan wajib) sebagai wujud tanggung jawab. Namun keadaan saya, secara itung-itungan, penghasilan saya juga banyak digunakan untuk menggaji pengasuh/asisten. Selisih antara saya bekerja dan tidak ternyata relatif tidak terlalu besar. Dan kami (saya dan suami) berkeyakinan, selisih itu bisa kami tutup. Alhamdulillaah, saya pernah berbisnis MLM, jadi ilmu optimis (dan nekad) nya bisa saya gunakan pada saat seperti ini, hihihi.

Dan yang terpenting dari itu semua, saya memiliki suami yang yakin akan mampu menghidupi kami. Tentu saja akan berbeda, dari yang tadinya dua sumber pendapatan, menjadi satu sumber saja. Tapi suami saya mendukung, bahkan di akhir-akhir meminta saya berhenti. Itu sudah menjadi perintah yang semestinya saya laksanakan.

Dan bagi teman-teman di luar sana, yang mengalami kegundahan seperti saya dulu, mintalah fatwa pada hatimu. Silahkan berhitung dengan otak kiri, namun ketahuilah ada saat-saat tertentu yang butuh otak kanan kita. Luruskan niat, InsyaAllah Allah beri jalan.

8 thoughts on “Menimbang, Mengingat, Memutuskan…

  1. Apapun jalan yang dipilih …
    semoga semuanya berjalan kearah yang menjadi lebih baik …

    Salam saya Mama Ray


    re : Aamiin, aamiin… Terima kasih support dan doanya, Om… 🙂

    Suka

  2. subhanallah mba.. senengnyaa.. ikutan nyusul resign… lagi menata jalannya 🙂 doakan ya mba.. nemu blog ini dri blogroll nya mas ahmad


    re : semoga Allah Ta’ala memberi kemudahan untuk Mbak Khansa, aamiin.

    terima kasih sudah berkunjung, Mbak 🙂

    Suka

  3. Baca blog ini jdi termotivasi untuk mengundurkan diri dari rekrutmen cpns..walo dilema antara mengikuti keinginan hati…dan keinginan orang tua.tapi insya allah selalu terbaik yang diberi allah..makasih mba postingannya…doakan saya diberi kemudahan mendapat jalan rizki di luar pns…


    Re :
    Memang tak mudah ya Mbak utk membuat pilihan…

    Mgkn bisa dibikin list dulu plus/minusnya… jd keputusan yg diambil tdk terkesan terburu-buru. Sehingga ketika esok hari ada komentar yg menyudutkan, Mbak bisa tetap teguh menegakkan kepala, utk keputusan resignnya. Krn tak semua orang memandang stay at home mom sama kerennya dg working mom.

    Satu lagi, luruskan niat, Lillaah… semoga Allah Ta’ala memberkahi langkah Mbak…

    Thanks for dropping comment ya Mbak *hug

    Suka

  4. Nemu blog ini…. Rasanya kaya dapet pencerahan setelah berbulan2 pikiran kayanya penuh kabut hehe :’).
    Entah gimana tapi kayanya berasa pola pandang n pikiran serupa, jadi ikut berasa kuat abis baca tulisan ini, thanks for writing mba… really :).
    Doakan proses resignnya dilancarkan ya mba


    re : Aamiin… semoga Alloh Ta’ala beri jalan keluar TERBAIK untuk Mba Ira.

    Terima kasih sudah berkunjung yaaa…

    Suka

  5. Good article mba. Saya juga lagi menata langkah untuk resign, tapi ada satu sandungan berat, yaitu bapak saya yang begitu mendambakan anak yang ber status ‘pns’ yang kebetulan hanya bisa diwujudkan oleh saya saja. Dengan pertimbangan biaya yg beliau telah keluarkan utk pendidikan saya, memang beliau sangat menyayangkan bahkan menentang keputusan saya ini. Namun sulitnya mengurus berkas mutasi mengikuti suami bagi saya merupakan sedikit celah yang Allah berikan untuk saya agar bisa menggapai impian saya untuk resign. karena sebenarnya dari dulu saya paling tidak suka dengan sistem birokrasi, tapi saya malah secara tidak sengaja terjebak dalam sistem ini. saya hanya bisa berdo’a Allah bisa mengabulkan keinginan saya utk resign. Saya ingin mendidik dan membangun anak-anak yang luar bisa dirumah saya sendiri dengan saya sebagai pengajar mereka. saya ingin berdaya guna lebih aktif di keluarga dan masyarakat tanpa harus melalaikan hak salah satu pihak dan terikat sistem birokrasi yang ribet dan menyebalkan.


    re : iya, Mbak, pertama kali tahu rencana saya, keluarga besar saya dan suami juga menyayangkan. Namun, mengingat saya sudah bersuami, saya menjadi tanggungjawab suami, maka mereka mengikhlaskan 🙂

    haha, birokrasi menyebalkan ya? yaa, kadang-kadang sih, hehehe

    Suka

  6. Tengkyu ya mba… Saya jdi merasa tdk sendirian.. Dilemma ini sdh sangat terasa 1,5 thn terakhir. Sy termotivasi dgn kt2 mba… Ketika esok Hari Ada komentar yg menyudutkan, kita masih dengan teguh bisa menghadapi itu semua… Yaaa, Lillahita’ala ya mba… Semua Untuk meraih ridho Allah.. Saya sedang bedrest dirumah Karena hamil muda..dan setelah 7 thn kerja.. Senin besok sy akan serahkan Surat resign saya.. Semoga Allah senantiasa melindungi umatnya yg berniat baik.. Amin

    re : Mbak Sulis…. banyaaak ibu-ibu yang dilema juga, Mbak. Sepanjang yang saya tahu, wanita bekerja ngga dilarang asalkan memenuhi beberapa syarat dan tidak melanggar syari’at. Bisa dibaca di Konsultasi Syariah

    diluruskan niatnya, Mbak, karena semua tergantung niatnya. Kalau niatnya karena melaksanakan perintah Allah, InsyaaAllaah menjadi ibadah bagi kita.

    Saya doakan semoga Allah Ta’ala memberikan kesehatan utk Mbak dan Debay di perut *peluuk

    Terima kasih ya sudah berkomentar di blog saya 😉

    Suka

  7. Cuma bisa tertegun,,, sy pun pns,, anak bru 3 buln,, tetiris2 rasanya hati kala pulang dan pergi naik motor kena polusi dan dingin. Di kntor ada daycare,,, bingung bgt hrs bgmn,, dulu sblm mnkh suami minta drumh tp stlh mnikah suami mndkg bkrja, aplg orgtua sgt brhrp pd sy, dn bangga. Blm lg suami msh krywn kontrak. Dr luar sy mncba tenang tp sungguh dihati sy mnangis,,,


    re : perjuangan ya, Mbak Batin. Jarak rumah-kantor, jauhkah, Mbak? saya doakan Mbak dan si Kecil sehat-sehat selalu… Saya ngga bisa memberi masukan yang bagaimana, saat ini, saya mendengarkan Mbak Batin saja ya… *peluuuk

    Suka

  8. Hai mama ray, salam kenal yah. Iseng2 cari info tentang resign PNS sampailah sy di blog ini 🙂
    Saat ini kondisi sy sedang lemah, kepala pusing, sesak nafas dan byk keluhan lain. Sudah bolak balik ke RS tapi tetap belum ketahuan sakit apa. Sy sudah diskusi denga suami dan suami menganjurkan sy berhenti kerja tapi sy masih ragu2. Apalagi orangtua sy terutama mama sangat mengidolakan profesi PNS. Sy pribadi sampai saat ini msh up and down. Terkadang sudah bulat resign ehh sebentar bs berubah lagi. Sy berpikir jika sy tidak kerja bagaimana kondisi keuangan keluarga kami, bagaimana pandangan org pada sy yg pengangguran, bagaimana bla bla bla..tapi jauh-jauh hari sebelum sy sakit ini beberapa kali tefbersit niat untuk resign krn sy bekerja seperti robot, pergi pagi pulang malam, selain itu pekerjaan sy juga itu2saja. Belum lagi jika sy dinas luar kota, sy kehilangan momen bersama dengan anak sy yg saat ini berumur 14mos. Hahaha, maaf komen nya jd curhat. Intinya, saat ini sy masih blank akan keputusan yg akan sy ambil. Sekarang sy lebih banyak berdoa dan yakin Tuhan pasti tunjukkan jalan. Makasi mama ray, blognya bisa jadi referensi sy. Tetap semangat 🙂


    re : semoga Allah Ta’ala tunjukkan jalan ya, Mbak. Terima kasih sudah berbagi di sini. 🙂

    Suka

Tinggalkan komentar