Sweet Ray o’mine

hihihi… judulnya seperti judul lagu grup band Guns ‘N Roses (G’NR), “Sweet Child o’mine”. Sama sih, ini juga tentang sweet child, anak laki-lakiku yang pertama, namanya Raynar.

Raynar, pas Mama nulis ini, umurnya 3 tahun 11 bulan. Tanggal 24 Oktober, bulan depan, adalah ulang tahunnya yang ke empat. Dia sudah bersekolah di Kelompok Bermain Baitunnur, Rawamangun, Jakarta Timur. Sejak dia bersekolah, kemampuan verbalnya sudah banyak mengalami kemajuan. Mungkin karena dia bertemu dengan banyak teman, juga mendapat stimulasi dari guru-gurunya.

Umur 2 tahun, Ray belum bicara, padahal sewaktu masih bayi dia juga mengalami fase Babbling (mengoceh). Kupikir, kemampuan bicara akan berkembang sendiri, ternyata tidak! Itu harus diusahakan! Anak harus distimulasi sesuai tahapan perkembangan dan kemampuannya.

Akhirnya kami membawa Ray ke RSIA Hermina untuk diperiksa. Di sana bertemu dengan dokter saraf, Prof. dr. Taslim… (lupa nama lengkapnya), dan dirujuk untuk terapi wicara di Check My Child (CMC), Pulomas, Jakarta Timur. Tempat terapi CMC ternyata diasuh oleh seorang dokter juga, dr. Hardiono Pusponegoro, SpA.

Ternyata banyak anak yang terapi di CMC. Jadwal terapi untuk ‘anak baru’ menyesuaikan jadwal terapis yang ada. Jadi harus ada konfirmasi dulu dari terapisnya bahwa Ray akan terapi hari apa dan jam berapa. Akhirnya, sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh terapisnya, Ray diobservasi dulu. Observasi dilakukan selama 2 jam. Waktu itu Mama tidak bisa ikut menemani, Ray diantar Ayah.

“Anak Bapak terlalu steril… otot-otot bicaranya kurang terlatih… sensorik-motorik juga kurang terlatih… ”

Steril??

hmmm… anakku steril dalam arti dia belum pernah makan es krim, permen, coklat, mandi hujan dan bermain kotor, dan semacamnya. Karena ‘otot mengunyah’nya tidak banyak distimulasi, otot bicaranya juga terpengaruh. Karena jarang berkotor-kotor ria, jadi dia amat sensitif dengan indera perabanya. Sewaktu diobservasi itu, oleh terapisnya Ray disemprot dengan foam. Ray risih, gak mau ada sesuatu yang bertekstur aneh di badan dan bajunya.

hhhh… aku seperti “kecolongan” karena selama hampir setahun, dari Ray umur 1 tahun sampai hampir 2 tahun, sering batuk. Sudah ke dokter dan minum obat, masih saja hilang-timbul. Jadi kami tidak memberikan makanan yang dicurigai memicu batuknya kambuh, seperti permen, es, dan coklat. Setelah sekian lama, akhirnya seorang teman menyarankan untuk mengganti air minum yang kami konsumsi. Air mineral (biasanya langsung diminum) yang kami konsumsi harus direbus dulu. Dan ternyata benar, Ray tidak pernah batuk lagi, gak perlu ke dokter dan minum obat. Alhamdulillaah…

Gembira karena Ray sembuh dari batuk, dan kaget karena kami kecolongan. Dan ternyata, Home Programme-nya adalah menjilat permen atau es krim, makan ‘ngemut’ permen, berenang, berkuda (menunggang kuda ternyata bagus untuk melatih keseimbangan dan otot tungkai bawah), dan mendaki. Hhh… bagaimana kami tidak merasa kecolongan, coba…?!

Home Programme berjalan baik. Akhir pekan adalah hari untuk berenang dan berkuda. Berenang di kolam renang Bojana Tirta dan berkuda di Pacuan Kuda Pulomas. Yang sedikit bikin pusing adalah di mana kami bisa mengajak Ray mendaki…. Sudah keliling-keliling, akhirnya nemu di Taman Jogging Kelapa Gading. Terus gak sengaja nemu ‘jalan’ yang miring untuk Ray mendaki adalah di Taman Lapangan Banteng. Untuk rangsang sensoris, Ray punya 2 handuk mandi, halus dan kasar, yang dipakai bergantian setiap kali habis mandi. Selain itu, Ray mandi dengan air dingin dan hangat setiap kali mandi. Kalo dibilang ribet ya ribet, tapi demi anak, semua rela dan dengan sabar dilakukan… 🙂

Kini Ray sudah tidak terapi di CMC lagi. Ilmu yang kami ambil dari terapisnya kami terapkan di rumah. Dan Alhamdulillaah, sudah nampak hasilnya. Semua ini karena kehendak Allah SWT dan hasil kekompakan kami sebagai orang tua, asisten yang menjaga Ray di rumah selama kami bekerja, pun Mbahkung dan Mbahti yang kadang ikut mengasuh Ray.

Allah, ya Rabb, terima kasih atas segala kemudahan dan petunjukMu…

11 thoughts on “Sweet Ray o’mine

    • Duh, Rina, gak juga kok Rin… tapi semua ibu tentu hebat karena pasti mengusahakan yang terbaik buat anak-anaknya. Rina juga hebat lho, dengan anak-anak alergi, itu juga perlu perjuangan tersendiri kan. Ray juga alergi (di kulit), tapi kami belum bawa dia periksa, kayaknya aku harus nanya kamu deh, Rin…

      Suka

  1. Ping-balik: Jika anak terlalu steril??? « Belajar dari anak-anak

  2. Ping-balik: Ray Usia 2 Tahun, bagian 2 « mama menulis…

  3. Ping-balik: Terapi untuk MSDD « catatan kecil

  4. Untuk Mamaray, putra saya pun memiliki(saya serba salah untuk mnyatakan “menderita atau mengidap”, karena buat saya ini adalah anugrah dari Allah. Pasti ada hikmah dari setiap kejadian.)
    Putra saya namanya M. Daffa Alwafi, lahir 11tahun yl, tepatnya 13 Januari nanti. Pada saat umur 15 bulan dia diberi suntikan MMR oleh Dokter anak ( sudah almarhum beliau), berbarengan dengan tetehnya yang sudah berusia 2 tahun lebih.
    Entah tepatnya kapan,yang pasti begitu dia menginjak usia hampir 2thn belum ada tanda2 bahwa dia bisa bicara, hanya meracau. hingga akhirnya begitu dia berumur pas 2 tahun saya bawa dia ke Dr. Purboyo Sulek, dan didiagnosa MSDD. Beliau bilang bahwa dibirkanpun nanti dia akan bisa bicara sendiri, tapi lebih baik diterapi. Akhirnya saya bawa dia terapi selama beberapa kali dan juga ke alternatif (bukan dukun-red) untuk menguatkan syaraf bicaranya.
    Dan juga dengan doa dan sholat malam yg rutin saya lakukan, dan sekarang mulai terjawab. anak saya tumbuh menjadi anak yg sholeh dan pintar(dia kuat di Math dan Science),Sholatpun tidak pernah disuruh lagi ( seingat saya, hanya sekali saya bilang bahwa “kamu udah besar, sudah harus mulai sholat 5 waktu”. Sejak itu saya tidak pernah mengingatkan lagi karena dia sudah ambil wudhu sebelum selesai Adzan . Subhanallah. Malah kadang2 dia yg mengingatkan kita untuk sholat tepat waktu.
    Juga ketika saya wajibkan unutk sikat gigi sebelum tidur, itu juga cuma sekali saya lakukan karena tidak perlu ada lagi second command, dia lakukan tanpa ada perintah dua kali. Ohya, sejak kecil anak2 saya saya biasakan untuk kadang2 berkotor ria,dengan alasan kalo mereka terlalu steril, justru penyakit akan mudah datang. Ternyata pendapat otodidak saya tersebut benar setelah saya baca di tabloid2 tentang hal tsb, jadi sering saya biarkan mereka main pasir, main hujan atau banjir2an, untuk beberapa saat, setelah itu saya suruh masuk, kunci pintu dan saya mandikan dengan air hangat, olesi minyak kayu putih dan nonton film kartun sore di TV. Paling tidak dipikiran saya merekapun ingin mencicipi masa kecil mereka seperti kebanyakan anak2 lainnya.
    Hanya saja yang belum sempurna adalah emosinya yang kadang2 datang tiba2 dan tak terkendali. Dan itu masih menjadi PR untuk saya. Semoga anak anak kita menjadi anak2 kebanggaan kita semua dan dituntunterus oleh Allah SWt menjadi anak2 pilihan.. amin..amin..YRA..

    Mama Daffa

    Suka

    • Wah… terima kasih sudah berbagi kisah di sini, Mam. Iya, bukan ‘menderita’, Mam, mereka enjoy kok… hanya kita yang mungkin sudah kebakaran jenggot karena mereka tidak seperti anak-anak lain (padahal setiap anak memang berbeda dan unik ya, Mam).

      Sekarang Ray sudah 5 tahun 2 bulan, sudah lebih banyak bicara dan sudah bisa melafalkan huruf R…!

      Kalau untuk emosi yang labil, mungkin kita (saya dan kita semua) perlu mengikuti pelatihan Komunikasi dengan Anak. Ini masih menjadi wish-list saya Mam. Bagaimana kita berbicara dengan anak juga berpengaruh terhadap reaksi mereka. Semoga saya bisa mengikuti setelah program ASI-Ex 6 bulan saya kepada si kecil, selesai.

      Terima kasih ya, Mam… sudi mampir dan sharing di sini.
      Titip salam untuk Daffa… 🙂

      Suka

Tinggalkan komentar